Tuesday, February 20, 2018

foto muliadi








biodata Ns.Muliadi,S.Kep



CURICULUM VITAE

BIODATA
Nama                           : Muliadi,S.Kep,Ners
Tempat/ tgl. Lahir       : Simbe 22 Dessember 1990
Alamat                        : Lampeunurut, Kec. Darul imarah Kab. Aceh besar
Kelamin                       : Laki-laki
Kewarganegaraan       : Aceh Indonesia
Agama                         : Islam
Pendidikan Terkahir    : Profesi Ners
Kontak Person              : 085360156031
E-Mail                         : Muliadipsik.mp@gmail.com
Facebook                     : Fbnya sienur Mulia
YouTube                      : Muliadi Ms
IG                                 : Muliadi_Aqela
Twitter                         : Moel Mp
Blogger                        : https://muliadiaqela.blogspot.co.id/
JENJANG PENDIDIKAN 
1. SD Negeri Reubat                                     : Tamat tahun 2006
2.SMP N1 Mutiara Beureunuen                   : Tamat tahun 2008
3.SMAN N 1 Mutiara Beureunuen               : Tamat tahun 2011
4. S1 Ilmu Keperawatan STIKes MNI Sigli :Tamat tahun 2015
5.Profesi Ners STIKes MNI Sigli                 : Tamat tahun 2017 ( Co-Ners di RSUD                                                                                                     dr.Zainoel  Abidin Banda Aceh                                                           
                                               

PENGALAMAN ORGANISASI
1. 2011 – 2012             Bergabung dengan BEM kampus.
           2. 2012 – 2013            Menjabat sebagai bendahara dan bergabung di KFB (komonitas fotografer bireun).
3. 20132015             Bergabung di stasion TV Nasional.
4. 2015 2016             Bergabung di komonitas STAND UP Comedy ACEH BESAR
5. 2016 – 2017             Bergabung Dengan Grub Musik Lokal ‘’ AQELA’’


PENGALAMAN TRAINING
2013  “Mengikuti Training” Tentang Pengumpulan data serta Tehnisi penyiaran langsung
            ( LIVE) di Jakarta Barat’’  
2013  ’’Mengikuti Training” Tentang perekaman penyiaran’’ Di Jakarta Barat
2014   “Mengikuti Training ‘’ Tentang pembuatan Skenario serta Merancang d lokasi.
            Di Jakarta Barat.


KEMAMPUAN
1.      Mampu bekerja dengan tim
2.      Mampu bekerja sesuai target
3.      Bahasa Aceh fasih
4.      Bahasa Indonesia baik


PENGALAMAN KERJA
1.(2010-2013)  Bekerja sebagai Fotografer ( mandiri)
2. (2013-2015)            Bekerja di Stasion TV Nasional ( Jurnalist Daerah)
3. (2016)           Bekerja Sebagai Pembuat Skenario selama 5 bulan.
4. (2016)           Bekerja sebagai pelayan coffe          


NAMA ORTU
1. Ayah : M.Shaleh
2 .Ibu    : Rohani


PEKERJAAN  ORTU
1. Ayah : Tani

2. Ibu    : IRT

Wednesday, March 8, 2017

laporan pendahuluan limfa. muliadi dan basir

LAPORAN PENDAHULUAN
LIMFADENOPATI
A.           Pengertian
Limfadenopati adalah suatu tanda dari infeksi berat dan terlokalisasi (Tambayong, 2000; 52).
Limfadenopati adalah digunakan untuk menggambarkan setiap kelainan kelenjar limfe (Price, 1995; 40).
Limfadenopati adalah pembengkakan kelenjar limfe (Harrison, 1999; 370).
Dari pengertian diatas maka dapat diambil kesimpulan bahwa Limfadenopati adalah kelainan dan pembengkakan kelenjar limfe sebagai tanda dari infeksi berat dan terlokalisasi.
B.            Etiologi
1.      Peningkatan jumlah limfosit makrofag jinak selama reaksi terhadap antigen.
2.      Infiltrasi oleh sel radang pada infeksi yang menyerang kelenjar limfe.
3.      Proliferasi in situ dari limfosit maligna atau makrofag.
4.      Infiltrasi kelenjar oleh sel ganas metastatik.
5.      Infiltrasi kelenjar limfe oleh makrofag yang mengandung metabolit dalam penyakit cadangan lipid (Harrison, 1999; 370)
C.            Patofisiologi
Sistem limfatik berperan pada reaksi peradangan sejajar dengan sistem vaskular darah. Biasanya ada penembusan lambat cairan interstisial kedalam saluran limfe jaringan, dan limfe yang terbentuk dibawa kesentral dalam badan dan akhirnya bergabung kembali kedarah vena. Bila daerah terkena radang, biasanya terjadi kenaikan yang menyolok pada aliran limfe dari daerah itu. Telah diketahui bahwa dalam perjalanan peradangan akut, lapisan pembatas pembuluh limfe yang terkecil agak meregang, sama seperti yang terjadi pada venula, dengan demikian memungkinkan lebih banyak bahan interstisial yang masuk kedalam pembuluh limfe. Bagaimanapun juga, selama peradangan akut tidak hanya aliran limfe yang bertambah , tetapi kandungan protein dan sel dari cairan limfe juga bertambah dengan cara yang sama.
Sebaliknya, bertambahnya aliran bahan-bahan melalui pembuluh limfe menguntungkan karena cenderung mengurangi pembengkakan jaringan yang meradang dengan mengosongkan sebagian dari eksudat. Sebaliknya, agen-agen yang dapat menimbulkan cedera dapat dibawa oleh pembuluh limfe dari tempat peradangan primer ketempat yang jauh dalam tubuh. Dengan cara ini, misalnya, agen-agen yang menular dapat menyebar. Penyebaran sering dibatasi oleh penyaringan yang dilakukan oleh kelenjar limfe regional yang dilalui oleh cairan limfe yang bergerak menuju kedalam tubuh, tetapi agen atau bahan yang terbawa oleh cairan limfe mungkin masih dapat melewati kelenjar dan akhirnya mencapai aliran darah. (Price, 1995; 39 - 40).
Riwayat penyakit dan pemeriksaan fisis dapat menghasilkan petunjuk tentang kemungkinan diagnosis ini dan evaluasi lebih lanjut secara langsung ( misalnya hitung darah lengap, biakan darah, foto rontgen, serologi, uji kulit). Jika adenopati sistemik tetap terjadi tanpa penyebab yang jelas tanpa diketahui, biopsi kelenjar limfe dianjurkan. (Harrison, 1999; 372). Biopsi sayatan: Sebagian kecil jaringan tumur mame diamdil melalui operasi dengan anestesi umum jaringan tumor itu dikeluarkan, lalu secepatnya dikirim kelaborat untuk diperriksa. Biasanya biopsi ini dilakukan untuk pemastian diagnosis setelah operasi. ( Oswari, 2000; 240 ). Anestesi umum menyebabkan mati rasa karena obat ini masuk kejaringan otak dengan tekanan setempat yang tinngi. ( Oswari, 2000; 34 ). Pada awal pembiusan ukuran pupil masih biasa, reflek pupil masih kuat, pernafasan tidak teratur, nadi tidak teratur, sedangkan tekanan darah tidak berubah, seperti biasa. (Oswari, 2000; 35).
D.           Manifestasi klinis
Kelenjar limfoma cenerung teraba kenyal, seperti karet, saling berhubungan, dan tanpa nyeri. Kelenjar pada karsinoma metastatik biasanya keras, dan terfiksasi pada jaringan dibawahnya. Pada infeksi akut teraba lunak, membengkak secara asimetrik, dan saling berhubungan, serta kulit di atasnya tampak erimatosa. (Harrison, 1999; 370).
E.            Pemeriksaan penunjang
1.      Hitung darah lengkap
2.      Biakan darah.
3.      Foto rontgen.
4.      Serologi.
5.      Uji kulit.
F.             Penatalaksanaan medis dan bedah

1.      Biopsi kelejar limfe.(Harrison, 1999; 372).

laporan SLE. MULIADI,S.Kep, basir,S.Kep

LAPORAN PENDAHULUAN
SLE
A.           Definisi
Penyakit lupus adalah penyakit sistem daya tahan, atau penyakit auto imun, artinya tubuh pasien lupus membentuk antibodi yang salah arah, merusak organ tubuh sendiri, seperti ginjal, hati, sendi, sel darah merah, leukosit, atau trombosit. Antibodi seharusnya ditujukan untuk melawan bakteri ataupun virus yang masuk ke dalam tubuh.
Lupus adalah penyakit yang disebabkan sistem imun menyerang sel-sel jaringan organ tubuh yang sehat. sistem imun yang terbentuk berlebihan. kelainan ini dikenal dengan autoimunitas. pada kasus satu penyakit ini bisa membuat kulit seperti ruam merah yang rasanya terbakar (lupus DLE). pada kasus lain ketika sistem imun yang berlebihan itu menyerang persendian dapat menyebabkan kelumpuhan (lupus SLE).
SLE (Sistemisc lupus erythematosus) adalah penyakti radang multisistem yang sebabnya belum diketahui, dengan perjalanan penyakit yang mungkin akut dan fulminan atau kronik remisi dan eksaserbasi disertai oleh terdapatnya berbagai macam autoantibodi dalam tubuh.
SLE merupakan penyakit radang atau inflamasi multisistem yang disebabkan oleh banyak faktor dan dikarakterisasi oleh adanya gangguan disregulasi sistem imun berupa peningkatan sistem   imun   dan  produksi    autoantibodi yang berlebihan. Terbentuknya autoantibodi terhadap DNA, berbagai macam ribonukleoprotein intraseluler, sel-sel darah, dan fosfolipid dapat menyebabkan kerusakan jaringan melalui mekanisme pengaktivan komplemen.
Sistemik lupus erythematosus adalah suatu penyakit kulit menahun yang ditandai dengan peradangan dan pembetukan jaringan parut yang terjadi pada wajah, telinga, kulit kepala dan kandung pada bagian tubuh lainnya. SLE adalah penyakit autoimun yang melibatkan berbagai organ dengan manifestasi klinis bervariasi dari yang ringan sampai berat.
B.            Klasifikasi
Ada 3 jenis penyakit Lupus yang dikenal yaitu:
1.      Discoid Lupus yaitu yang juga dikenal sebagai Cutaneus Lupus, yaitu penyakit Lupus yang menyerang kulit.
2.      Systemics Lupus yaitu penyakit Lupus yang menyerang kebanyakan system di dalam tubuh, seperti kulit, sendi, darah, paru-paru, ginjal, hati, otak, dan system saraf. Selanjutnya kita singkat dengan SLE (Systemics Lupus Erythematosus).
3.      Drug-Induced yaitu penyakit Lupus yang Eksaserbasi terjadi karena hormone estrogen meningkat selama kehamilan. Jika terjadi SLE, maka eksaserbasi meningkat 50-60%. Pada Tingkat.III eksaserbasi 50%, Tingkat.I & Tingkat.II eksaserbasi 15%, postpartum 20%. Pengaruh SLE terhadap kehamilan. Prognosis berdasarkan remisi sebelum hamil, jika > 6 bulan eksaserbasi 25% dengan prognosis baik, jika < 6 bulan eksaserbasi 50% dengan prognosis buruk. Abortus meningkat 2-3kali, PE/E, kelahiran prematur, lupus neonatal.
C.            Etiologi
1.      Faktor genetik
Mempunyai peranan yang sangat penting dalam kerentanan dan ekspresi penyakit SLE. Sekitar 10% – 20% pasien SLE mempunyai kerabat dekat (first degree relative) yang menderita SLE. Angka kejadian SLE pada saudara kembar identik (24-69%) lebih tinggi daripada saudara kembar non-identik (2-9%). Penelitian terakhir menunjukkan bahwa banyak gen   yang berperan antara lain haplotip MHC terutama HLA-DR2 dan HLA-DR3, komponen komplemen yang berperan pada fase awal reaksi pengikatan komplemen yaitu C1q, C1r, C1s, C3, C4, dan C2, serta gen-gen yang mengkode reseptor sel T, imunoglobulin, dan sitokin (Albar, 2003) . Faktor genetik mempunyai peranan yang sangat penting dalam kerentanan dan ekspresi penyakit SLE. Sekitar 10% – 20% pasien SLE mempunyai kerabat dekat (first degree relative) yang menderita SLE. Angka kejadian SLE pada saudara kembar identik (24-69%) lebih tinggi daripada saudara kembarn non-identik (2-9%).
2.      Faktor lingkungan
·         infeksi Risiko timbulnya SLE meningkat pada mereka yang lain pernah sakit herpes zoster (shingles). Herpes zoster adalah penyakit yang disebabkan oleh virus varisela, virus yang juga menjadi penyebab dari penyakit cacar air (variscela atau chiken pox).
·         Antibiotik Hormon Kurang lebih dari 90% dari penderita SLE adalah wanita. Perbedaan hormonal antara pria dan wanita mungkin menjadi latar belakang timbulnya lupus.
·         Sinar ultraviolet
·         Stres yang berlebihan
·         Obat-obatan yang tertentu.
D.           Patofisiologi dan Pathway









Penyakit SLE terjadi akibat terganggunya regulasi kekebalan yang menyebabkan peningkatan autoantibodi yang berlebihan. Gangguan imunoregulasi ini ditimbulkan oleh kombinasi antara faktor-faktor genetik, hormonal ( sebagaimana terbukti oleh awitan penyakit yang biasanya terjadi selama usia reproduktif) dan lingkungan (cahaya matahari, luka bakar termal). Obat-obat tertentu seperti hidralazin, prokainamid, isoniazid, klorpromazin dan beberapa preparatantikonvulsan di samping makanan seperti kecambah alfalfa turut terlibat dalampenyakit SLE- akibat senyawa kimia atau obat-obatan.
Pada SLE, peningkatan produksi autoantibodi diperkirakan terjadi akibat fungsi sel T supresor yang abnormal sehingga timbul penumpukan kompleks imun dan kerusakan jaringan. Inflamasi akan menstimulasi antigen yang selanjutnya serangsang antibodi tambahan dan siklus tersebut berulang kembali.
E.            Manifestasi Klinis
1.      Sistem Muskuloskeletal
Artralgia, artritis (sinovitis), pembengkakan sendi, nyeri tekan dan rasa nyeri ketika bergerak, rasa kaku pada pagi hari.
2.      Sistem integument
Lesi akut pada kulit yang terdiri atas ruam berbentuk kupu-kupu yang melintang pangkal hidung serta pipi.Ulkus oral dapat mengenai mukosa pipi atau palatum durum.
3.      Sistem kardiak
Perikarditis merupakan manifestasi kardiak.
4.      Sistem pernafasan
Pleuritis atau efusi pleura.
5.      Sistem vaskuler
Inflamasi pada arteriole terminalis yang menimbulkan lesi papuler, eritematous dan purpura di ujung jari kaki, tangan, siku serta permukaan ekstensor lengan bawah atau sisi lateral tangan dan berlanjut nekrosis.
6.      Sistem perkemihan
Glomerulus renal yang biasanya terkena.
7.      Sistem saraf
Spektrum gangguan sistem saraf pusat sangat luas dan mencakup seluruh bentuk penyakit neurologik, sering terjadi depresi dan psikosis.
F.             Penatalaksanaan
1.      Penatalaksanaan Medis
Sampai sekarang SLE memang belum di sembuhkan secara sempurna. Meskipun demikian, pengobatan yang tepat dapat menekan gejala klinis dan komplikasi yang mungkin terjadi. Program pengobatan yang tepat bersifat sngat individual tergantung gambaran klinis dan perjalanan penyakitnya. Pada umumnya, penderita SLE yang tidak mengancam nyawa dan tidak berhubung dengan kerusakan organ vital dapat di terapi secara konservatif. Bila penyakit ini mengancam nyawa dan mengenai organ – organ vital, maka dipertimbangkan pemberian terapi Agresif.
Terapi konsevatif maupun agresif sama – sama menggunakan terapi obat yang digunakan secara tunggal ataupun kombinasi. Terapi konservatif biasanya menggunakan anti implamasi onstreoid (indometasin, prednisolon) dosis rendah dan anti malaria (klorokuin). Terapi Agresif menggunakan kortikosteroid dosis tinggi dan imunosupresif (Azatioprin, siklofoshamid) selain itu, penderita SLE perlu di ingatkan untuk selalu menggunakan krim pelindung sinar matahari, baju lengan panjang, topi atau payung bila akan bekerja dibawah sinar matahari karena penderita sangat sensitif terhadap sinar matahari. Infeksi juga lebih mudah terjadi pada penderita SLE sehinga penderita dianjurkan mendapat terapi pencegah dengan antibiotika bila akan menjalani operasi gigi, saluran kencing atau tindakan bedah lainya. Salah satu bagian dari pengobatan SLE yang tidak boleh terlupakan adalah memberikan penjelasan kepada penderita mengenai penyakit yang dideritanya, sehingga penderita dapat bersikap positif terhadap terapi yang akan dijalaninya.
2.      Penatalaksanaan keperawatan
Perawat menemukan pasien SLE pada berbagai area klinik karena sifat penyakit yang homogeny. Hal ini meliputi area praktik keperawatan reumatologi, pengobatan umum, dermatologi, ortopedik, dan neurologi. Pada setiap area asuhan pasien, terdapat tiga komponen asuhan keperawatan yang utama.
Pemantauan aktivitas penyakit dilakukan dengan menggunakan instrument yang valid, seperti hitung nyeri tekan dan bengkak sendi (Thompson & Kirwan, 1995) dan kuesioner pengkajian kesehatan (Fries et al, 1980). Hal ini member indikasi yang berguna mengenai pemburukan atau kekambuhan gejala.
Edukasi sangat penting pada semua penyakit jangka panjang. Pasien yang menyadari hubungan antara stres dan serangan aktivitas penyakit akan mampu mengoptimalkan prospek kesehatan mereka. Advice tentang keseimbangan antara aktivitas dan periode istirahat, pentingnya latihan, dan mengetahui tanda peringatan serangan, seperti peningkatan keletihan, nyeri, ruam, demam, sakit kepala, atau pusing, penting dalam membantu pasien mengembangkan strategi koping dan menjamin masalah diperhatikan dengan baik.
Dukungan psikologis merupakan kebutuhan utama bagi pasien SLE. Perawat dapat memberi dukungan dan dorongan serta, setelah pelatihan, dapat menggunakan ketrampilan konseling ahli. Pemberdayaan pasien, keluarga, dan pemberi asuhan memungkinkan kepatuhan dan kendali personal yang lebih baik terhadap gaya hidup dan penatalaksanaan regimen bagi mereka (Anisa Tri U., 2012).
3.      Penatalaksanaan diet
Restriksi diet ditentukan oleh terapi yang diberikan. Sebagian besar pasien memerlukan kortikosteroid, dan saat itu diet yang diperbolehkan adalah yang mengandung cukup kalsium, rendah lemak, dan rendah garam. Pasien disarankan berhati-hati dengan suplemen makanan dan obat tradisional.
Pasien lupus sebaiknya tetap beraktivitas normal. Olah raga diperlukan untuk mempertahankan densitas tulang dan berat badan normal. Tetapi tidak boleh berlebihan karena lelah dan stress sering dihubungkan dengan kekambuhan. Pasien disarankan untuk menghindari sinar matahari, bila terpaksa harus terpapar matahari harus menggunakan krim pelindung matahari (waterproof sunblock) setiap 2 jam. Lampu fluorescence juga dapat meningkatkan timbulnya lesi kulit pada pasien SLE.

G.           Analisa Data
NO
DATA
DAMPAK MASLAH
MASALAH
1.
Ds :
Do :
-          Terdapat lesi pada daerah kulit
terganggunya regulasi kekebalan

peningkatan autoantibodi yang berlebihan

timbul penumpukan kompleks imun dan kerusakan jaringan kulit
Gangguan Integritas kulit
2.
Ds :
Do:
-           nyeri pada daerah persendihan.
Peningkatan autoantibody yang berlebihan

Terganggunya system persendian

Atralgia/arthritis

Nyeri
Nyeri
3.
Ds:
Do:
-           Gangguan persendian
-          Kelemahan
-          Mudah lelah
Peningkatan autoantibody yang berlebihan

Terganggunya system persendian

Atralgia/arthritis

Kerusakan mobilitas fisik
Kerusakan mobilitas fisik
4.
Ds :
Do :
-          Demam
peningkatan respon imun yang berlebihan

menyerangsel

peradangan
 

SB meningkat
 

Demam
 

hipertermi
Hipertermi

H.           Masalah Keperawatan Yang Mungkin Timbul
1.      Gangguan Integritas kulit b/d terjadinya autoimun, genetik, dan factor lingkungan
2.      Kerusakan mobilisasi fisk berhubungan dengan Peningkatan aktivitas penyakit,  rasa nyeri, depresi.
3.      Nyeri akut  berhubungan dengan inflamasi dan kerusakan jaringan.
4.      Hipertermi berhubungan dengan adanya proses peradangan





I.              RENPRA
No
DIAGNOSA KEPERAWATAN
TUJUAN/ criteria hasil
INTERVENSI
RASIONAL
1.
Gangguan Integritas kulit b/d terjadinya autoimun, genetik, dan factor lingkungan
Kembalinya kulit seperti semula
Dengan kriteri hasil :
Ds :
Do :
- tidak terdapat lesi
1.      Kaji tingkat keparahan lesi yang diaalmi paisen
2.      Berikan perawatan pada daerah lesi
3.      Beri penjelasan tentang penyakitnya


4.       Dorong kepatuhan pasien terhadap program terapinya
1.      Mengetahui seberapa parah lesi yang diderita pasien,
2.      Dapat memperbaiki integritas kulit pasien
3.      Membuat pasien mengerti keadaan dirinya dan mau berkerja sama dalam pengobatan
4.      Dengan adanya kepatuhan pasien dalam program terapi dapat mempercepat penyembuhan pasien
2.
Kerusakan mobilisasi fisk berhubungan dengan
Peningkatan aktivitas penyakit,  rasa nyeri, depresi.
Mobilisasi pasien kembali normal dengan criteria hasil,
- Kelemahan berkurang
-Mudah letih berkurang
1.      Kaji tingkat ketergantungan pasien.

2.      Dorong nutrisi adekuat termasuk sumber zat besi dari makanan

3.      Beri penjelasan tentang keletihan

4.      Berikan latihan Rentang gerak pada pasien
1.      Mengetahui seberapa besar tingkat ketergantungan pasien
2.      Dengan nutrisi yang baik, kelemahan pasien dapat teratasi berkat energy yang terpenuhi
3.      Membantu pasien untuk termotivasi dalam mengikuti terapi
4.      Dengan latihan yang teratu dapt memperbaiki mobilisasi pasien
3.
Nyeri akut  berhubungan dengan inflamasi dan kerusakan jaringan. Ditandai dengan :
Ds :
Do :
-          nyeri pada daerah persendihan.
Nyeri hilang setelah diberikan tindakan keperawatan, dengan kriteri hasil,
Ds :
Do :
-          nyeri hilang
1.      Kaji skala nyeri

2.      Observasi TTV



3.      Berikan tindakan  relaksasi jika diperlukan

4.      Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgesic
1.      Mengetahui skala nyeri pasien
2.      Perubahan TTV  pasien dapat menunjukan indikasi adnya nyeri yang dialami pasien
3.      Dengan tindakan  relaksasi dapat mengurangi nyeri pasien
4.      Mengetahui dosis dan pemberian analgesic yang tepat, apabila nyeri sudah tidak dapat diatasi oleh pasiendan tindakan mandiri perawat
4.
Hipertermi berhubungan dengan adanya proses peradangan . ditandai dengan
Ds :
Do :
-          Demam
Suhu tubuh pasien kembali normal setelah diberikan tindakan keperawatan, dengan criteria hasil :
Ds :
Do :
-          Suhu bdan normal
-          Demam hilang
1.      Obsevasi TTV



2.      Observasi suhu pasien tiap 3 jam  

3.      Berikan kompres pada dahi






4.      Anjurkan pasien untuk memakai pakian yang menyerap air.




5.      Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian antipiuretik
1.      Mengetahui keadaan umum pasien, Perubahan TTV menandakan adanya kelainan pada diri pasien
2.      Megetahui perubahan suhu pasien

3.      Pada dahi terletak hipotalamus yang berfungsi mengatur  suhu  tubuh, dengan kompres pada dahi dapat merangsang penurunan suhu pasien

4.      Mencegah  infeksi sekunder akibat  suhu badan yang lembab.  keringat merupakan media berkembangnya beberapa jenis bakteri dan jamur

5.       Mengetahu i  dosis dan pemberian obat  


















DAFTAR PUSTAKA
1.      Buku Diagnosa Keperawatan Nanda, NIC, NOC.
2.      Doengoes, Marilyn C, Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien, Edisi 3 Jakarta: EGC,
3.      Suzanne C. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Edisi 8. Volume 3.Jakarta:EGC.
4.      Ruth F. Craven, EdD, RN, Fundamentals Of Nursing, Edisi II, Lippincot, Philadelphia,
5.      Wim de Jong, Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi Revisi, Cetakan I, EGC, Jakarta,













 


Laporan Keperawatan Medikal Bedah

LAPORAN PENDAHULUAN SLE
DI RUANG MAMPLAM II  RSUD dr.ZAINOEL ABIDIN
BANDA ACEH


DISUSUN OLEH:

M.DARWIS
NIM: 16901024



MNI_0
 















KEPANITERAAN KLINIK KEPERAWATAN SENIOR (K3S)
PROFESI NERS
STIKes MEDIKA NURUL ISLAM SIGLI
2016


kenangan muliadi

laporan sle