MuIiadi,S.Kep,Ners
Monday, April 2, 2018
Tuesday, February 20, 2018
biodata Ns.Muliadi,S.Kep
CURICULUM VITAE
BIODATA
Nama :
Muliadi,S.Kep,Ners
Tempat/ tgl. Lahir : Simbe 22 Dessember 1990
Alamat :
Lampeunurut, Kec. Darul
imarah Kab. Aceh besar
Kelamin : Laki-laki
Kewarganegaraan : Aceh Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan
Terkahir : Profesi Ners
Kontak Person : 085360156031
E-Mail :
Muliadipsik.mp@gmail.com
Facebook : Fbnya sienur Mulia
YouTube : Muliadi Ms
YouTube : Muliadi Ms
IG : Muliadi_Aqela
Twitter : Moel Mp
Blogger : https://muliadiaqela.blogspot.co.id/
Twitter : Moel Mp
Blogger : https://muliadiaqela.blogspot.co.id/
JENJANG PENDIDIKAN
1. SD Negeri Reubat : Tamat tahun 2006
2.SMP N1 Mutiara Beureunuen
: Tamat tahun 2008
3.SMAN N 1 Mutiara Beureunuen
: Tamat tahun 2011
4. S1 Ilmu Keperawatan STIKes MNI Sigli
:Tamat tahun 2015
5.Profesi Ners STIKes MNI Sigli : Tamat tahun 2017 ( Co-Ners di RSUD dr.Zainoel Abidin Banda Aceh
5.Profesi Ners STIKes MNI Sigli : Tamat tahun 2017 ( Co-Ners di RSUD dr.Zainoel Abidin Banda Aceh
PENGALAMAN ORGANISASI
1. 2011 – 2012
Bergabung dengan BEM kampus.
2. 2012 – 2013
Menjabat sebagai bendahara dan bergabung di KFB (komonitas fotografer
bireun).
3. 2013 – 2015 Bergabung di stasion TV Nasional.
4. 2015 – 2016 Bergabung di komonitas
STAND UP Comedy ACEH BESAR
5. 2016 – 2017 Bergabung Dengan Grub Musik Lokal ‘’ AQELA’’
PENGALAMAN TRAINING
2013 “Mengikuti Training” Tentang
Pengumpulan data serta Tehnisi penyiaran langsung
( LIVE) di Jakarta Barat’’
( LIVE) di Jakarta Barat’’
2013 ’’Mengikuti Training” Tentang
perekaman penyiaran’’ Di Jakarta Barat
2014 “Mengikuti Training ‘’ Tentang
pembuatan Skenario serta Merancang d lokasi.
Di Jakarta Barat.
Di Jakarta Barat.
KEMAMPUAN
1. Mampu
bekerja dengan tim
2. Mampu
bekerja sesuai target
3. Bahasa
Aceh fasih
4. Bahasa
Indonesia baik
PENGALAMAN KERJA
1.(2010-2013) Bekerja sebagai Fotografer ( mandiri)
2. (2013-2015) Bekerja di Stasion TV Nasional ( Jurnalist
Daerah)
3. (2016) Bekerja
Sebagai Pembuat Skenario selama 5 bulan.
4. (2016) Bekerja sebagai pelayan coffe
NAMA ORTU
1. Ayah : M.Shaleh
2 .Ibu : Rohani
PEKERJAAN ORTU
1. Ayah : Tani
2. Ibu : IRT
Wednesday, March 8, 2017
laporan pendahuluan limfa. muliadi dan basir
LAPORAN PENDAHULUAN
LIMFADENOPATI
A.
Pengertian
Limfadenopati
adalah suatu tanda dari infeksi berat dan terlokalisasi (Tambayong, 2000; 52).
Limfadenopati
adalah digunakan untuk menggambarkan setiap kelainan kelenjar limfe (Price,
1995; 40).
Limfadenopati adalah
pembengkakan kelenjar limfe (Harrison, 1999; 370).
Dari pengertian
diatas maka dapat diambil kesimpulan bahwa Limfadenopati adalah kelainan dan
pembengkakan kelenjar limfe sebagai tanda dari infeksi berat dan terlokalisasi.
B.
Etiologi
1. Peningkatan
jumlah limfosit makrofag jinak selama reaksi terhadap antigen.
2. Infiltrasi
oleh sel radang pada infeksi yang menyerang kelenjar limfe.
3. Proliferasi
in situ dari limfosit maligna atau makrofag.
4. Infiltrasi
kelenjar oleh sel ganas metastatik.
5. Infiltrasi
kelenjar limfe oleh makrofag yang mengandung metabolit dalam penyakit cadangan
lipid (Harrison, 1999; 370)
C.
Patofisiologi
Sistem limfatik
berperan pada reaksi peradangan sejajar dengan sistem vaskular darah. Biasanya
ada penembusan lambat cairan interstisial kedalam saluran limfe jaringan, dan
limfe yang terbentuk dibawa kesentral dalam badan dan akhirnya bergabung
kembali kedarah vena. Bila daerah terkena radang, biasanya terjadi kenaikan
yang menyolok pada aliran limfe dari daerah itu. Telah diketahui bahwa dalam
perjalanan peradangan akut, lapisan pembatas pembuluh limfe yang terkecil agak
meregang, sama seperti yang terjadi pada venula, dengan demikian memungkinkan
lebih banyak bahan interstisial yang masuk kedalam pembuluh limfe. Bagaimanapun
juga, selama peradangan akut tidak hanya aliran limfe yang bertambah , tetapi
kandungan protein dan sel dari cairan limfe juga bertambah dengan cara yang
sama.
Sebaliknya,
bertambahnya aliran bahan-bahan melalui pembuluh limfe menguntungkan karena
cenderung mengurangi pembengkakan jaringan yang meradang dengan mengosongkan
sebagian dari eksudat. Sebaliknya, agen-agen yang dapat menimbulkan cedera
dapat dibawa oleh pembuluh limfe dari tempat peradangan primer ketempat yang
jauh dalam tubuh. Dengan cara ini, misalnya, agen-agen yang menular dapat
menyebar. Penyebaran sering dibatasi oleh penyaringan yang dilakukan oleh
kelenjar limfe regional yang dilalui oleh cairan limfe yang bergerak menuju
kedalam tubuh, tetapi agen atau bahan yang terbawa oleh cairan limfe mungkin
masih dapat melewati kelenjar dan akhirnya mencapai aliran darah. (Price, 1995;
39 - 40).
Riwayat penyakit
dan pemeriksaan fisis dapat menghasilkan petunjuk tentang kemungkinan diagnosis
ini dan evaluasi lebih lanjut secara langsung ( misalnya hitung darah lengap,
biakan darah, foto rontgen, serologi, uji kulit). Jika adenopati sistemik tetap
terjadi tanpa penyebab yang jelas tanpa diketahui, biopsi kelenjar limfe
dianjurkan. (Harrison, 1999; 372). Biopsi sayatan: Sebagian kecil jaringan
tumur mame diamdil melalui operasi dengan anestesi umum jaringan tumor itu
dikeluarkan, lalu secepatnya dikirim kelaborat untuk diperriksa. Biasanya
biopsi ini dilakukan untuk pemastian diagnosis setelah operasi. ( Oswari, 2000;
240 ). Anestesi umum menyebabkan mati rasa karena obat ini masuk kejaringan
otak dengan tekanan setempat yang tinngi. ( Oswari, 2000; 34 ). Pada awal
pembiusan ukuran pupil masih biasa, reflek pupil masih kuat, pernafasan tidak
teratur, nadi tidak teratur, sedangkan tekanan darah tidak berubah, seperti
biasa. (Oswari, 2000; 35).
D.
Manifestasi klinis
Kelenjar limfoma
cenerung teraba kenyal, seperti karet, saling berhubungan, dan tanpa nyeri.
Kelenjar pada karsinoma metastatik biasanya keras, dan terfiksasi pada jaringan
dibawahnya. Pada infeksi akut teraba lunak, membengkak secara asimetrik, dan
saling berhubungan, serta kulit di atasnya tampak erimatosa. (Harrison, 1999;
370).
E.
Pemeriksaan penunjang
1. Hitung
darah lengkap
2. Biakan
darah.
3. Foto
rontgen.
4. Serologi.
5. Uji
kulit.
F.
Penatalaksanaan medis dan bedah
1. Biopsi
kelejar limfe.(Harrison, 1999; 372).
laporan SLE. MULIADI,S.Kep, basir,S.Kep
LAPORAN PENDAHULUAN
SLE
A.
Definisi
Penyakit lupus adalah penyakit
sistem daya tahan, atau penyakit auto imun, artinya tubuh pasien lupus
membentuk antibodi yang salah arah, merusak organ tubuh sendiri, seperti
ginjal, hati, sendi, sel darah merah, leukosit, atau trombosit. Antibodi
seharusnya ditujukan untuk melawan bakteri ataupun virus yang masuk ke dalam
tubuh.
Lupus adalah penyakit yang
disebabkan sistem imun menyerang sel-sel jaringan organ tubuh yang sehat.
sistem imun yang terbentuk berlebihan. kelainan ini dikenal dengan
autoimunitas. pada kasus satu penyakit ini bisa membuat kulit seperti ruam
merah yang rasanya terbakar (lupus DLE). pada kasus lain ketika sistem imun
yang berlebihan itu menyerang persendian dapat menyebabkan kelumpuhan (lupus
SLE).
SLE (Sistemisc lupus erythematosus)
adalah penyakti radang multisistem yang sebabnya belum diketahui, dengan
perjalanan penyakit yang mungkin akut dan fulminan atau kronik remisi dan
eksaserbasi disertai oleh terdapatnya berbagai macam autoantibodi dalam tubuh.
SLE merupakan penyakit radang atau
inflamasi multisistem yang disebabkan oleh banyak faktor dan dikarakterisasi
oleh adanya gangguan disregulasi sistem imun berupa peningkatan
sistem imun dan produksi autoantibodi
yang berlebihan. Terbentuknya autoantibodi terhadap DNA, berbagai macam
ribonukleoprotein intraseluler, sel-sel darah, dan fosfolipid dapat menyebabkan
kerusakan jaringan melalui mekanisme pengaktivan komplemen.
Sistemik lupus erythematosus adalah
suatu penyakit kulit menahun yang ditandai dengan peradangan dan pembetukan
jaringan parut yang terjadi pada wajah, telinga, kulit kepala dan kandung pada
bagian tubuh lainnya. SLE adalah penyakit autoimun yang melibatkan berbagai
organ dengan manifestasi klinis bervariasi dari yang ringan sampai berat.
B.
Klasifikasi
Ada 3 jenis penyakit Lupus yang dikenal
yaitu:
1.
Discoid Lupus yaitu yang juga dikenal
sebagai Cutaneus Lupus, yaitu penyakit Lupus yang menyerang kulit.
2.
Systemics Lupus yaitu penyakit Lupus
yang menyerang kebanyakan system di dalam tubuh, seperti kulit, sendi, darah,
paru-paru, ginjal, hati, otak, dan system saraf. Selanjutnya kita singkat
dengan SLE (Systemics Lupus Erythematosus).
3.
Drug-Induced yaitu penyakit Lupus yang
Eksaserbasi terjadi karena hormone estrogen meningkat selama kehamilan. Jika
terjadi SLE, maka eksaserbasi meningkat 50-60%.
Pada Tingkat.III eksaserbasi 50%, Tingkat.I
& Tingkat.II eksaserbasi 15%, postpartum 20%. Pengaruh SLE
terhadap kehamilan. Prognosis berdasarkan remisi sebelum hamil, jika > 6
bulan eksaserbasi 25% dengan prognosis baik, jika < 6 bulan eksaserbasi 50%
dengan prognosis buruk. Abortus meningkat 2-3kali, PE/E, kelahiran prematur,
lupus neonatal.
C.
Etiologi
1. Faktor genetik
Mempunyai peranan yang sangat penting dalam kerentanan
dan ekspresi penyakit SLE. Sekitar 10% – 20% pasien SLE mempunyai kerabat dekat
(first degree relative) yang menderita SLE. Angka kejadian SLE pada saudara
kembar identik (24-69%) lebih tinggi daripada saudara kembar non-identik
(2-9%). Penelitian terakhir menunjukkan bahwa banyak gen yang
berperan antara lain haplotip MHC terutama HLA-DR2 dan HLA-DR3, komponen
komplemen yang berperan pada fase awal reaksi pengikatan komplemen yaitu C1q,
C1r, C1s, C3, C4, dan C2, serta gen-gen yang mengkode reseptor sel T,
imunoglobulin, dan sitokin (Albar, 2003) . Faktor genetik mempunyai peranan
yang sangat penting dalam kerentanan dan ekspresi penyakit SLE. Sekitar 10% –
20% pasien SLE mempunyai kerabat dekat (first degree relative) yang menderita
SLE. Angka kejadian SLE pada saudara kembar identik (24-69%) lebih tinggi
daripada saudara kembarn non-identik (2-9%).
2. Faktor lingkungan
·
infeksi Risiko timbulnya SLE meningkat pada mereka
yang lain pernah sakit herpes zoster (shingles). Herpes zoster adalah penyakit
yang disebabkan oleh virus varisela, virus yang juga menjadi penyebab dari
penyakit cacar air (variscela atau chiken pox).
·
Antibiotik Hormon Kurang lebih dari 90% dari penderita
SLE adalah wanita. Perbedaan hormonal antara pria dan wanita mungkin menjadi
latar belakang timbulnya lupus.
·
Sinar ultraviolet
·
Stres yang berlebihan
·
Obat-obatan yang tertentu.
D.
Patofisiologi
dan Pathway

Penyakit SLE terjadi akibat
terganggunya regulasi kekebalan yang menyebabkan peningkatan autoantibodi yang
berlebihan. Gangguan imunoregulasi ini ditimbulkan oleh kombinasi antara
faktor-faktor genetik, hormonal ( sebagaimana terbukti oleh awitan penyakit
yang biasanya terjadi selama usia reproduktif) dan lingkungan (cahaya matahari,
luka bakar termal). Obat-obat tertentu seperti hidralazin, prokainamid, isoniazid,
klorpromazin dan beberapa preparatantikonvulsan di samping makanan seperti
kecambah alfalfa turut terlibat dalampenyakit SLE- akibat senyawa kimia atau
obat-obatan.
Pada SLE, peningkatan produksi
autoantibodi diperkirakan terjadi akibat fungsi sel T supresor yang abnormal
sehingga timbul penumpukan kompleks imun dan kerusakan jaringan. Inflamasi akan
menstimulasi antigen yang selanjutnya serangsang antibodi tambahan dan siklus
tersebut berulang kembali.
E.
Manifestasi
Klinis
1. Sistem
Muskuloskeletal
Artralgia, artritis (sinovitis), pembengkakan sendi,
nyeri tekan dan rasa nyeri ketika bergerak, rasa kaku pada pagi hari.
2. Sistem
integument
Lesi akut pada kulit yang terdiri atas ruam berbentuk
kupu-kupu yang melintang pangkal hidung serta pipi.Ulkus oral dapat mengenai
mukosa pipi atau palatum durum.
3. Sistem
kardiak
Perikarditis merupakan manifestasi kardiak.
4. Sistem
pernafasan
Pleuritis atau efusi pleura.
5. Sistem
vaskuler
Inflamasi pada arteriole terminalis yang menimbulkan
lesi papuler, eritematous dan purpura di ujung jari kaki, tangan, siku serta
permukaan ekstensor lengan bawah atau sisi lateral tangan dan berlanjut
nekrosis.
6. Sistem
perkemihan
Glomerulus renal yang biasanya terkena.
7. Sistem saraf
Spektrum gangguan sistem saraf pusat sangat luas dan
mencakup seluruh bentuk penyakit neurologik, sering terjadi depresi dan
psikosis.
F.
Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan
Medis
Sampai sekarang
SLE memang belum di sembuhkan secara sempurna. Meskipun demikian, pengobatan
yang tepat dapat menekan gejala klinis dan komplikasi yang mungkin terjadi.
Program pengobatan yang tepat bersifat sngat individual tergantung gambaran
klinis dan perjalanan penyakitnya. Pada umumnya, penderita SLE yang tidak
mengancam nyawa dan tidak berhubung dengan kerusakan organ vital dapat di
terapi secara konservatif. Bila penyakit ini mengancam nyawa dan mengenai organ
– organ vital, maka dipertimbangkan pemberian terapi Agresif.
Terapi
konsevatif maupun agresif sama – sama menggunakan terapi obat yang digunakan
secara tunggal ataupun kombinasi. Terapi konservatif biasanya menggunakan anti
implamasi onstreoid (indometasin, prednisolon) dosis rendah dan anti malaria
(klorokuin). Terapi Agresif menggunakan kortikosteroid dosis tinggi dan
imunosupresif (Azatioprin, siklofoshamid) selain itu, penderita SLE perlu di
ingatkan untuk selalu menggunakan krim pelindung sinar matahari, baju lengan
panjang, topi atau payung bila akan bekerja dibawah sinar matahari karena
penderita sangat sensitif terhadap sinar matahari. Infeksi juga lebih mudah
terjadi pada penderita SLE sehinga penderita dianjurkan mendapat terapi
pencegah dengan antibiotika bila akan menjalani operasi gigi, saluran kencing
atau tindakan bedah lainya. Salah satu bagian dari pengobatan SLE yang tidak
boleh terlupakan adalah memberikan penjelasan kepada penderita mengenai
penyakit yang dideritanya, sehingga penderita dapat bersikap positif terhadap
terapi yang akan dijalaninya.
2. Penatalaksanaan
keperawatan
Perawat
menemukan pasien SLE pada berbagai area klinik karena sifat penyakit yang
homogeny. Hal ini meliputi area praktik keperawatan reumatologi, pengobatan
umum, dermatologi, ortopedik, dan neurologi. Pada setiap area asuhan pasien,
terdapat tiga komponen asuhan keperawatan yang utama.
Pemantauan
aktivitas penyakit dilakukan dengan menggunakan instrument yang valid, seperti
hitung nyeri tekan dan bengkak sendi (Thompson & Kirwan, 1995) dan
kuesioner pengkajian kesehatan (Fries et al, 1980). Hal ini member indikasi
yang berguna mengenai pemburukan atau kekambuhan gejala.
Edukasi
sangat penting pada semua penyakit jangka panjang. Pasien yang menyadari
hubungan antara stres dan serangan aktivitas penyakit akan mampu mengoptimalkan
prospek kesehatan mereka. Advice tentang keseimbangan antara aktivitas dan
periode istirahat, pentingnya latihan, dan mengetahui tanda peringatan
serangan, seperti peningkatan keletihan, nyeri, ruam, demam, sakit kepala, atau
pusing, penting dalam membantu pasien mengembangkan strategi koping dan
menjamin masalah diperhatikan dengan baik.
Dukungan
psikologis merupakan kebutuhan utama bagi pasien SLE. Perawat dapat memberi
dukungan dan dorongan serta, setelah pelatihan, dapat menggunakan ketrampilan
konseling ahli. Pemberdayaan pasien, keluarga, dan pemberi asuhan memungkinkan
kepatuhan dan kendali personal yang lebih baik terhadap gaya hidup dan
penatalaksanaan regimen bagi mereka (Anisa Tri U., 2012).
3. Penatalaksanaan
diet
Restriksi
diet ditentukan oleh terapi yang diberikan. Sebagian besar pasien memerlukan
kortikosteroid, dan saat itu diet yang diperbolehkan adalah yang mengandung
cukup kalsium, rendah lemak, dan rendah garam. Pasien disarankan berhati-hati
dengan suplemen makanan dan obat tradisional.
Pasien
lupus sebaiknya tetap beraktivitas normal. Olah raga diperlukan untuk
mempertahankan densitas tulang dan berat badan normal. Tetapi tidak boleh
berlebihan karena lelah dan stress sering dihubungkan dengan kekambuhan. Pasien
disarankan untuk menghindari sinar matahari, bila terpaksa harus terpapar
matahari harus menggunakan krim pelindung matahari (waterproof sunblock) setiap
2 jam. Lampu fluorescence juga dapat meningkatkan timbulnya lesi kulit pada
pasien SLE.
G.
Analisa
Data
NO
|
DATA
|
DAMPAK MASLAH
|
MASALAH
|
1.
|
Ds :
Do :
- Terdapat lesi pada daerah kulit
|
![]() ![]()
timbul penumpukan kompleks imun dan kerusakan
jaringan kulit
|
Gangguan Integritas kulit
|
2.
|
Ds :
Do:
- nyeri pada daerah
persendihan.
|
![]() ![]() ![]()
Nyeri
|
Nyeri
|
3.
|
Ds:
Do:
- Gangguan persendian
- Kelemahan
- Mudah lelah
|
![]() ![]() ![]()
Kerusakan mobilitas fisik
|
Kerusakan mobilitas fisik
|
4.
|
Ds :
Do :
- Demam
|
![]() ![]()
peradangan
![]()
SB meningkat
![]()
Demam
![]()
hipertermi
|
Hipertermi
|
H.
Masalah
Keperawatan Yang Mungkin Timbul
1. Gangguan
Integritas kulit b/d terjadinya autoimun, genetik, dan factor lingkungan
2. Kerusakan
mobilisasi fisk berhubungan dengan Peningkatan aktivitas
penyakit, rasa nyeri, depresi.
3. Nyeri
akut berhubungan dengan inflamasi dan kerusakan jaringan.
4. Hipertermi
berhubungan dengan adanya proses peradangan
I.
RENPRA
No
|
DIAGNOSA KEPERAWATAN
|
TUJUAN/ criteria hasil
|
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
1.
|
Gangguan
Integritas kulit b/d terjadinya autoimun, genetik, dan factor lingkungan
|
Kembalinya
kulit seperti semula
Dengan
kriteri hasil :
Ds :
Do :
- tidak
terdapat lesi
|
1. Kaji tingkat keparahan lesi yang
diaalmi paisen
2. Berikan perawatan pada daerah lesi
3. Beri penjelasan tentang
penyakitnya
4. Dorong kepatuhan pasien
terhadap program terapinya
|
1. Mengetahui seberapa parah lesi
yang diderita pasien,
2. Dapat memperbaiki integritas kulit
pasien
3. Membuat pasien mengerti keadaan
dirinya dan mau berkerja sama dalam pengobatan
4. Dengan adanya kepatuhan pasien
dalam program terapi dapat mempercepat penyembuhan pasien
|
2.
|
Kerusakan
mobilisasi fisk berhubungan dengan
Peningkatan
aktivitas penyakit, rasa nyeri, depresi.
|
Mobilisasi
pasien kembali normal dengan criteria hasil,
- Kelemahan
berkurang
-Mudah
letih berkurang
|
1. Kaji tingkat ketergantungan
pasien.
2. Dorong nutrisi adekuat termasuk
sumber zat besi dari makanan
3. Beri penjelasan tentang keletihan
4. Berikan latihan Rentang gerak pada
pasien
|
1. Mengetahui seberapa besar tingkat
ketergantungan pasien
2. Dengan nutrisi yang baik,
kelemahan pasien dapat teratasi berkat energy yang terpenuhi
3. Membantu pasien untuk termotivasi
dalam mengikuti terapi
4. Dengan latihan yang teratu dapt
memperbaiki mobilisasi pasien
|
3.
|
Nyeri
akut berhubungan dengan inflamasi dan kerusakan jaringan. Ditandai
dengan :
Ds :
Do :
- nyeri pada daerah persendihan.
|
Nyeri
hilang setelah diberikan tindakan keperawatan, dengan kriteri hasil,
Ds :
Do :
- nyeri hilang
|
1. Kaji skala nyeri
2. Observasi TTV
3. Berikan
tindakan relaksasi jika diperlukan
4. Kolaborasi dengan dokter untuk
pemberian analgesic
|
1. Mengetahui skala nyeri pasien
2. Perubahan TTV pasien
dapat menunjukan indikasi adnya nyeri yang dialami pasien
3. Dengan
tindakan relaksasi dapat mengurangi nyeri pasien
4. Mengetahui dosis dan pemberian
analgesic yang tepat, apabila nyeri sudah tidak dapat diatasi oleh pasiendan
tindakan mandiri perawat
|
4.
|
Hipertermi
berhubungan dengan adanya proses peradangan . ditandai dengan
Ds :
Do :
- Demam
|
Suhu tubuh
pasien kembali normal setelah diberikan tindakan keperawatan, dengan criteria
hasil :
Ds :
Do :
- Suhu bdan normal
- Demam hilang
|
1. Obsevasi TTV
2. Observasi suhu pasien tiap 3
jam
3. Berikan kompres pada dahi
4. Anjurkan pasien untuk memakai
pakian yang menyerap air.
5. Kolaborasi dengan dokter untuk
pemberian antipiuretik
|
1. Mengetahui keadaan umum pasien,
Perubahan TTV menandakan adanya kelainan pada diri pasien
2. Megetahui perubahan suhu pasien
3. Pada dahi terletak hipotalamus
yang berfungsi mengatur suhu tubuh, dengan kompres pada
dahi dapat merangsang penurunan suhu pasien
4. Mencegah infeksi
sekunder akibat suhu badan yang lembab. keringat
merupakan media berkembangnya beberapa jenis bakteri dan jamur
5. Mengetahu i dosis
dan pemberian obat
|
DAFTAR
PUSTAKA
1.
Buku Diagnosa Keperawatan Nanda, NIC,
NOC.
2.
Doengoes, Marilyn C, Rencana Asuhan
Keperawatan: Pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien,
Edisi 3 Jakarta: EGC,
3.
Suzanne C. 2002. Buku Ajar Keperawatan
Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Edisi 8. Volume 3.Jakarta:EGC.
4.
Ruth F. Craven, EdD, RN, Fundamentals Of
Nursing, Edisi II, Lippincot, Philadelphia,
5.
Wim de Jong, Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi
Revisi, Cetakan I, EGC, Jakarta,
![]() |
Laporan
Keperawatan Medikal Bedah
LAPORAN
PENDAHULUAN SLE
DI
RUANG MAMPLAM II RSUD dr.ZAINOEL ABIDIN
BANDA
ACEH
DISUSUN
OLEH:
M.DARWIS
NIM: 16901024
![]() |
|||
![]() |
KEPANITERAAN KLINIK KEPERAWATAN
SENIOR (K3S)
PROFESI NERS
STIKes MEDIKA NURUL ISLAM SIGLI
STIKes MEDIKA NURUL ISLAM SIGLI

Subscribe to:
Posts (Atom)
laporan sle
-
LAPORAN PENDAHULUAN LIMFADENOPATI A. Pengertian Limfadenopati adalah suatu tanda dari infeksi berat dan terlokalisasi (Tam...